Ilustrasi bayi diberi makanan pendamping ASI.
Ilustrasi bayi diberi makanan pendamping ASI. (sumber: freedigitalphotos/ federico stevanin)
Usia 6-12 bulan adalah kunci untuk menurunkan risiko terbentuk asma di kemudian hari.

Bayi yang diberikan menu makanan yang terbuat dari daging ikan ketika ia berusia antara 6 bulan hingga 1 tahun menunjukkan level risiko mengidap asmanya di bawah bayi-bayi yang mengkonsumsi ikan sebelum usia 6 bulan atau setelah 1 tahun, demikian studi yang dilansir oleh sebuah studi di Belanda.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 7 ribu anak di Belanda ini menunjukkan teori, eksposur terhadap asam lemak tertentu pada usia dini bisa melindungi anak dari asma, kata pemimpin penelitian ini, Jessica Kiefte-de Jong di Erasmus Medical Center di Rotterdam, demikian laporan Reuters, Rabu (14/11).

"Pengenalan terhadap makanan yang terbuat dari daging ikan saat anak berusia 6-12 bulan bisa menjadi 'jendela', yang membantu menurunkan risiko terbentuknya asma," jelas Kiefte-de Jong lagi di jurnal kesehatan anak, Pediatrics.

Kekhawatiran akan alergi makanan laut membuat sebagian orangtua dan dokter untuk menunda pengenalan menu makanan yang terbuat dari ikan pada bayi yang sudah mulai diberi makanan pendamping ASI.

Meski memang, pernah ada penelitian yang menyatakan, konsumsi makanan yang terbuat dari ikan oleh ibu hamil bisa membantu mengurangi risiko si anak mengidap asma di kemudian hari.

Menggunakan informasi kesehatan dan pola makan dari sekitar 7.210 anak yang lahir di antara tahun 2002-2006 di Rotterdam, para peneliti mendata, 1.281 anak mengkonsumsi makanan yang terbuat dari ikan di salah satu momen sebelum usia 6 bulan. Sekitar 5.498 bayi mengkonsumsi makanan terbuat dari ikan ketika ia berusia antara 6-12 bulan, dan 431 anak tidak mengkonsumsi makanan dari ikan sebelum berusia setahun.

Para periset kemudian melihat data anak-anak ini kembali ketika mereka berusia 4 tahun, sebagian besar orangtua melaporkan anaknya mengalami masalah napas berbunyi atau napas pendek.

Sekitar 40-45 persen orangtua dari anak-anak yang tidak mengkonsumsi ikan hingga ia berusia 1 tahun melapor, anaknya mengalami masalah pernapasan, sementara di kelompok anak-anak yang mengkonsumsi ikan di usia antara 6-12 bulan, hanya 30 persen yang mengalami masalah napas berbunyi.

Hal ini diartikan para peneliti, terdapat penurunan risiko napas berbunyi sebesar 36 persen bagi anak-anak yang mencoba makanan dari ikan bila ia mengkonsumsinya antara usia 6-12 bulan. 

Sementara anak-anak yang pertama kali mengkonsumsi ikan sebelum usia 6 bulan memiliki risiko yang sama dengan anak-anak yang baru mencoba makanan dari ikan setelah usia 12 bulan.

"Ternyata, asam lemak dari ikan hanya melindungi ketika dikonsumsi anak yang berusia antara 6-12 bulan," kata T Bernard Kinane, kepala unit pediatri untuk MassGeneral Hospital for Children di Boston, AS, yang tidak terlibat dalam studi ini.

Diperkirakan Kinane, hal ini masuk akal, karena pada usia-usia tadilah sistem imun tubuh anak sedang dibentuk dan berlatih. Ia juga mengungkap kegembiraannya bahwa, para peneliti tidak menemukan hubungan antara jumlah ikan yang harus dikonsumsi anak untuk mengurangi risiko anak terhadap asma, artinya, konsumsi dalam jumlah sedikit saja pun sudah cukup.

Namun ia mencatat, ada beberapa kekurangjelasan bukti mengenai seberapa membantunya asupan makanan dari ikan terhadap kesehatan pernapasan anak bila dikonsumsi antara usia 6-12 bulan. Menurutnya, masih ada beberapa faktor lain yang patut dipertimbangkan.

Contohnya, keluarga yang memberikan makanan dari daging ikan kepada anak di usia dini itu mungkin punya beragam menu untuk ditawarkan ketimbang keluarga yang tak pernah memberikan makanan dari daging ikan kepada bayinya. Karena itu, Kinane merasa studi ini masih butuh divalidasi lagi.