Baik atau buruknya pertumbuhan
psikologis anak dibentuk oleh keluarganya sendiri. Orang tua pasti
selalu ingin memberikan segala yang terbaik untuk perkembangan anaknya.
Namun sebaik-baiknya orang tua mempersiapkan pendidikan anak, kadang
kala masih ada kekurangan. Perkataan maupun tindakan yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anak kadang kala tidak terlalu dianggap serius oleh
orang tua, karena berpikir bahwa sang anak belum mengerti dan akan
melupakan kejadian setelah mereka dewasa.
Anak kecil masih belum bisa menunjukkan perasaannya dengan lisan, dan
bahkan kadang kala masih belum mengerti arti kekecewaan itu sendiri.
Namun orang tua harus berhati-hati dalam berkata-kata dan bersikap
terhadap anak, karena bila tidak diperhatikan dan terus-menerus
dibiarkan, anak akan merasa sakit hati, kecewa, tidak diterima dan
merasa tidak dekat dengan orang tuanya. Perasaan-perasaan ini lah yang
nantinya akan mempengaruhi bagaimana mereka bersikap pada orang tua
mereka. Oleh sebab itu, perhatikanlah hal-hal berikut yang dapat
menyebabkan sakit hati anak :
1. Orang tua tidak menepati janji. Berusahalah untuk mengingat
janji-janji yang pernah kita berikan pada anak, agar anak merasa tidak
disepelekan dan tidak dipermainkan perasaannya. Oleh sebab itu, jangan
berikan janji-janji yang tidak bisa kita tepati. Dengan menepati
perkataan janji kita, anak akan merasa bisa mempercayai perkataan orang
tuanya dan tidak meremehkan orang tuanya.
2. Kurang memberi perhatian dan waktu. Menyatakan kasih sayang dan
membangun hubungan yang dekat dengan anak tidak bisa hanya dilakukan
dengan memberi hadiah atau kehadiran semata-mata. Kasih sayang kita
terhadap anak yang mendalam akan terbaca sendirinya oleh anak melalui
kehadiran anda yang sungguh-sungguh memberikan perhatian untuknya
sepenuhnya. Namun waktu dan keadaan sering kali membatasi perhatian
orang tua untuk selalu ada untuk anak. Sekalipun orang tua sibuk,
adakanlah waktu dan usahakanlah komunikasi dengan anak. Luangkanlah
waktu setiap hari untuk berinteraksi bahkan bertatap muka dengan dia dan
membangun komunikasi yang baik.
3. Tidak menjadi teladan bagi anak. Konsisten dalam berkata-kata dan
bertingkah laku yang baik, sopan dan tidak melakukan apa yang kita
larang untuk anak kita. Dimanapun kita berada, siapapun yang kita
hadapi, kita harus menunjukkan nilai yang sama. Terapkanlah nilai
standard hidup yang sama dimanapun kita berada, sehingga kita tidak
terlihat seperti orang yang munafik di depan anak. Anak akan merasa
ditipu bila melihat orang tuanya melakukan apa yang ia tidak boleh
lakukan.
4. Berlaku kasar pada anak. Jangan bebicara dengan nada yang tinggi
dan berteriak-teriak. Jangan terbawa emosi bila menghadapi anak sehingga
secara tidak terkontrol, karena kita bisa melakukan tindak kekerasan
pada anak kita. Perlakuan yang kasar akan membuat anak merasa tertolak
dan merasa bahwa keberadaannya tidak diinginkan. Tindakan dan perkataan
kasar dari orang tua ini akan memicu anak untuk berbuat hal yang sama
pula kepada orang lain, termasuk orang tuanya sendiri.
5. Merendahkan anak dengan perkataan negative. Jangan biasakan untuk
memperkatakan kata-kata yang negatif kepada anak kita, seperti mencap
“bodoh”, “lamban”, “pemalas” dll. Karena label apa yang kita berikan
kepada anak, itulah yang akan diingat dan dianggap menjadi identitas
dirinya. Biasakanlah untuk memotivasi anak dengan kata-kata yang
membangun dan menguatkan, daripada memberi kata-kata negatif yang
menjatuhkan rasa percaya diri mereka. Walaupun anak mendengar kata-kata
negatif dari orang lain atau teman-temannya, namun anak telah memiliki
dasar yang kuat dan kepercayaan diri yang dibekali oleh orang tuanya.
Perkataan negatif dari orang lain tidak akan digubris karena orang
tuanya tidak berkata negatif tentang dirinya.
Sumber : http://bilna.com, pr@bilna.com
Thursday, April 4
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment